Sudah lama tidak merasakan berjalan kaki di tepian Cisadane. Dulu, sewaktu SMK sering berjalan di tepian Cisadane karena jarak sekolah yang terbilang dekat dari Cisadane. Yaitu SMK Al-Ijtihad yang lebih tepatnya beralamat di Jl. Assalam, Gerendeng, Karawaci. Kala itu 6 atau 7 tahun lalu, tepian Cisadane masih polos. Mungkin hanya terdapat beberapa pedagang kaki lima saja. Beda hal jika sedang ada acara Festival Cisadane, segala macam bazar, panggung pertunjukan, lomba mendayung, dan berbagai aktifitas lainnya membuat tepian Cisadane menjadi ramai.
Dari tahun ke tahun, kini Tepian Cisadane semakin berkembang. Terlihat perkembangan yang begitu bersahabat dengan dibangunnya berbagai ikon dan pemberian warna yang menjadikan Tepian Cisadane semakin hidup dan bersahabat untuk dijadikan tempat bercengkrama.
Kamis 11 Januari 2018 minggu kemarin lebih tepatnya, setelah saya bermain di Taman Gajah Tunggal yang artikelnya bisa dibaca di sini
http://rodhiyatummardhiyah.blogspot.co.id/2018/01/taman-gajah-tunggal-yang-instagramable.html. Saya bersama sang kakak, memutuskan untuk berjalan kaki mengelilingi tepian Cisadane dimulai dari Taman Gajah Tunggal.
Siang itu, kami sangat menikmati perjalanan karena kini Tepian Cisadane sudah sangat bersahabat untuk pejalan kaki seperti kami. Mulai dari Jalan Perintis Kemerdekaan, yang di tepian Cisadane diberi pagar pembatas berwarna merah dan difasilitasi tempat duduk berwarna putih yang unik tentunya bisa diajak untuk cekrak-cekrek. Seperti gambar di bawah ini.
|
Menikmati udara segar tepian cisadane di Jln. Perintis Kemerdekaan |
Lalu, setelah itu kami berjalan mengambil arah kiri yang berarti memasuki daerah Pasar Lama, masih dengan nama jalan yang sama yaitu Jalan Perintis Kemerdekaan, Babakan, Kota Tangerang. Sebelumnya kami disuguhkan dengan ikon yang bertuliskan "Kampung Bekelir". Ikon yang sangat unik dan penuh warna sesuai dengan tulisannya yaitu "Bekelir". Melalui ikon itu, kami diberitahu bahwa kami akan memasuki wilayah yang berwarna-warni.
|
Kami mengambil arah kiri |
|
Kampung Bekelir |
Dibuka dengan trotoar yang berwarna-warni, lalu dinding dengan gambar-gambar kreatif dari para seniman, serta genteng yang berwarna-warni, kami mengawali perjalanan menyusuri Kampung Bekelir. Perjalanan yang sangat menyenangkan, siang itu sengatan matahari tidak begitu terasa karena pohon-pohon yang berdiri tegak telah menemani perjalanan kami.
|
Suasana Kampung Bekelir |
Yes, kami merasa siang itu seperti wisatawan dari luar kota. Mungkin, karena kami sudah lama tidak berjalan kaki di tepian Cisadane sehingga kaget dengan perubahan yang sangat menyenangkan ini. Berjalan langkah demi langkahnya sambil menikmati keunikan dari Kampung Bekelir dan tidak lupa mengambil beberapa potret gambar untuk dijadikan informasi pada tulisan kali ini.
|
Salah satu lukisan di dinding kampung bekelir |
|
Suasana Jalan Kampung Bekelir |
Lalu, selanjutnya kami memasuki Jalan Kali Pasir Indah Kota Tangerang. Lagi-lagi sesuatu yang unik telah menyambut kami, yaitu
Flying Deck. Layaknya jembatan yang sedang terbang jika kita menaikinya. Pagar yang menjadi pembatas
Flying Deck terbuat dari besi dengan cat berwarna merah, sedangkan lantainya terbuat dari pvc decking, lalu kursi yang menjadi fasilitas tambahan untuk pengunjung yang ingin duduk santai menikmati udara segar di tepian sungai Cisadane.
|
Jl. Kalipasir Indah |
|
Flying Deck |
|
Flying Deck |
Flying Deck ini sepanjang 142 meter dengan lebar 3 meter yang dibangun oleh Dinas Pemuda, Olahraga, Pariwisata, dan Ekonomi Kreatif (Disporparekraf) Kota Tangerang pada Tahun 2016. Sangat cocok bukan untuk tempat rekreasi yang kekinian? Apalagi ditambah angin sepai-sepoi karena berada di tepian sungai Cisadane. Kalian penasaran? Hayuk ke Tangerang :)
Berjalan di atas Flying Deck rasanya seperti di atas dermaga. Entahlah, karena suasana hati yang memang sedang merindukan alam atau memang suasana Flying Deck yang sangat mendukung. Yang jelas aku semakin jatuh cinta dengan Kota ini, Kota Tangerang yang terkenal dengan istilah seribu industri dan sejuta jasa.
Oh ya,
By the way ada sudut di atas
Flying Deck yang menurut saya lumayan ciamik untuk pengambilan gambar. Dimana pinggiran
Flying Deck diisi dengan pepohonan berwarna hijau, yang menggambarkan seolah sedang berada di tengah hutan. Seperti gambar di bawah ini.
|
Flying Deck |
Tak terasa
Flying Deck sudah kami lewati, kami memutuskan untuk tetap melanjutkan kenikmatan berjalan kaki di tepian Cisadane. Hingga waktu sholat ashar semakin dekat, dan kami putuskan untuk melaksanakan sholat ashar di Masjid Agung Al-Ittihad. Semakin sore semakin ramai pedagang, seperti itulah kondisi jalan di sekitar Pasar Lama yang terkenal dengan keanekaragam makanannya. Jarak yang kami tempuh dalam berjalan kaki kurang lebih 2,2 km terhitung dari Taman Gajah Tunggal hingga Masjid Agung Al-Ittihad.
Perjalanan hari itu menjadi perjalanan yang sangat menarik. Dan satu sih pesan saya, berjalan kaki siang hari saat hari kerja itu lebih berasa kenikmatannya. Cekrak-cekrek mengambil gambar di spot yang ciamik dalam keadaan lengang. Alhamdulillah bisa merasakan kenikmatan di Kota Tangerang.
Saya berharap, tempat-tempat rekreasi di Tangerang semakin bertambah hingga ke Kabupatennya. Dan yang paling penting, masyarakat dapat tetap menjaga tempat rekreasi dengan tidak merusaknya. Jadi, kapan kita keliling bareng? Hehe..
Kini tepian Cisadane semakin hidup dan bersahabat, dan aku akan terus jatuh cinta dibuatnya. Kota Tangerang, di mana aku dilahirkan, di mana aku dibesarkan, di mana berbagai pembelajaran hidup mengingatkanku, dan di mana aku bertemu dengan masa lalu yang menjadikan pembelajaran. Untuk masa yang akan datang, tetaplah berkenalan dengan Kota ini, tetaplah bercengkrama dengan Kota ini, dan tetaplah bersahabat dengan Kota ini.
0 Response to "Berjalan di Tepian Cisadane "
Posting Komentar