Setelah Takdir itu Datang
Senin, 09 April 2018
2 Comments
Malam itu setelah aku
pergi seharian dengan teman kerja, kabar bahagia yang sangat mengharukan
menorehkan rasa kecewa di hati ini. Bahwa seorang lelaki yang pernah singgah dua tahun di kehidupanku telah bertakdir hidup dengan wanita lain.
Baru saja rasa bahagia
menghampiriku hari itu, bertemu dengan teman kerja waktu dulu yang sudah lama tak
bersapa. Tapi malam harinya aku mendapat kabar yang entah harus bagaimana
perasaanku saat mendengarnya.
Benar saja antara bahagia
dan sedih itu jaraknya sangat dekat!
“Assalamu’alaikum
dek Mira, sudah tahu belum kabar mengenai pernikahan Bang Riyan hari ini?”
Isi pesan Bang Reja yang merupakan sahabat dari Bang Riyan. “Wa’alaikumsalam, wah alhamdulillah.”
Jawabku singkat sambil menahan kesedihan tepat pada pukul 23:00 WIB pada malam
Minggu ketika hendak berbaring. Rasa ngantuk hilang, dan di kepala ini mucul
berbagai pertanyaan.
Aku sedih, karena aku
masih berharap akan dirinya menjadi masa depanku. Tapi di sisi lain, Bang Riyan
tidak salah apa-apa karena aku lah yang telah membuatnya berhenti berharap dan
mencari wanita lain.
Satu tahun sebelum kabar
pernikahan Bang Riyan, aku memutuskan untuk menjauhinya. Acuh terhadap dirinya
yang tetap ingin dekat denganku. Setiap pesannya aku abaikan, setiap kenangan
bersamanya aku coba untuk lupakan. Bukan tanpa alasan aku bertindak seperti
itu, aku sadar akan dosa yang selama itu kuperbuat. Hidayah datang kapan saja
bila Allah menghendaki. Berawal dari salah seorang sahabat yang selalu
mengingatkan perihal agama, perlahan aku mulai menyadari akan dosa yang telah
kuperbuat.
Dua tahun aku menjalin
komunikasi dengan Bang Riyan, selama hampir 2 tahun juga aku telah menabung
dosa bersamanya. Kami memang tidak melanggar norma yang berlaku di lingkungan masyarakat,
tapi kami telah melanggar larangan berzina di agama. Komunikasi yang terjalin selama 2
tahun itu telah melahirkan zina hati yang dilarang oleh agama.
‘Hijrah’, seolah kata
yang menjadi pilihanku saat menjauh dari Bang Riyan. Aku ingin berhijrah,
meninggalkan hal-hal yang dilarang oleh agama. Namun, hijrahku tidak sepenuhnya
terlaksana. Memang, aku sudah tak berkomunikasi dengan Bang Riyan, tapi masih
ada harapan yang tersimpan akan dirinya. Aku berharap Bang Riyan akan menjadi
masa depanku kelak. Bersamanyalah rumah tangga dirajut. Sungguh hanya angan
kosong belaka yang menjurumuskanku!
Saat mendengar kabar
mengenai pernikahannya, kepalaku rasanya ingin pecah, air mata sudah tak
terbendung. Tidak ada lagi harapan untuk bersamanya!
Hari, minggu, bahkan
bulan, aku lalui dengan semangat yang menurun. Aku down menjalani kehidupan ini! Hingga akhirnya, hidayah itu datang
kembali. Aku sadar bahwa aku belum hijrah sepenuhnya, menaruh harapan kepada
manusia hanyalah semu belaka. Hanya kepada Allah sepatutnya aku berharap. Aku
teringat bahwa, menjadi seorang yang putus asa bukanlah merupakan cerminan dari
seorang muslim. Aku bangkit perlahan setelah 5 bulan dirundung rasa down!
Allah telah
mengingatkanku dengan ujian ini. Setelah apa yang aku lalui, perlahan membuat
diriku menjadi sosok wanita yang lebih kuat lagi untuk menerima takdir. Kini,
tak ada lagi teman pria yang dekat denganku. “Capek, tau menjalin hubungan yang spesial dengan seseorang yang bukan
mahramnya. Belum tentu juga dia menjadi jodoh kita.” Ucapku pada Siti, teman dekat yang kerap mempertanyakan masalah kejombloanku.
Sakit hati yang dahulu
menganga, kini perlahan mulai dapat terobati. Mencari kegiatan-kegiatan positif
yang menambah kemampuan diri, ikut bergabung dengan komunitas yang mempunyai
hobi yang sama, lalu kembali mengasah passion,
adalah caraku untuk membangkitkan kembali semangat hidup.
Kini aku bukanlah wanita
yang dahulu kala mudah terbawa perasaan kepada lawan jenis, kejadian demi
kejadian menjadikanku wanita yang lebih memikirkan akan logika.
Beberapa pria sempat
mendekatiku, namun tanggapanku datar. Aku tak ingin diberi ataupun memberi
harapan palsu. Yang aku inginkan kepastian semata! Berkomunikasi dengan teman
pria seperlunya saja, tidak ada yang dilebih-lebihkan. Seperti itulah kini
caraku dalam menjaga hati. Bukan apa, aku hanya takut terhanyut dalam
kemaksiatan.
“Islam tidak mengharamkan
cinta
Justru Islam penuh dengan cinta.
Al-qur'an adalah bukti akan cinta Allah kepada hambaNya.
Ayat-ayat suciNya mengarahkan untuk kebaikan.
Petunjuk untuk mengarungi kehidupan." - Mardhiyah 1993
“Bagaimana,
elu mau nikah Mira? Pacar aja gak punya!” Celoteh Siti
saat mencandaiku. Islam telah mengatur
kehidupan ini seluruhnya, termasuk urusan pernikahan. Ada tata caranya kok.
“Ta’aruf”! jawabku. Jalan ini
lah yang aku pilih untuk melanjutkan ke jenjang pernikahan. “Setiap
orang kan punya jalan masing-masing, mau nikah dengan jalan yang seperti apa.
Nah gue pilih ta’aruf. Gue udah terlanjur cinta dengan syariat Islam!” Jawabku
melebar. “Bagaimana bisa Mira, seseorang
menikah seperti membeli kucing di dalam karung?” Temanku menimpali.
“Ga
gitu juga, kita bisa mengetahuinya secara intens saat proses ta’aruf dari
orang-orang yang dipercaya” Sahutku menjelaskan. “Oh begitu!” Temanku manggut-manggut
seperti sudah memahami.
"Terus lu udah ada belum calon yang mau diajak ta'aruf?" Pertanyaan Siti kali ini benar-benar makjleb ye. "Beloman ada sih." jawabku datar. “Yasudah
nanti gue cariin deh, cowok yang mau ta’arufan sama elu.” Celotehannya
kali ini diiringi dengan senyum kecilnya. Dan aku hanya bisa tertawa membalas
celetukannya.
Aku ga tau setelah
percakapan ini berlangsung, apakah dia akan memutuskan pacarnya atau tidak. Aku
hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk temanku yang satu ini. Kebaikannya
sungguh membuatku ingin mengajak untuk lebih mengingat akhirat kelak dengan
wanita yang mempunyai nama Siti ini.
Seperti itulah
kehidupanku setelah takdir itu datang. Aku lebih fokus untuk kebaikan di dalam
kehidupanku, menginginkan yang terbaik juga untuk orang-orang di sekitarku.
Wahai kamu, Bila cinta bersemayam di hati.Arahkanlah sesuai dengan petunjuk Allah SWT
"Semesta menjadi saksi atas kita yang pernah bersama
Semesta juga tahu bahwa kini
Kita berada di takdir yang berbeda.
Setidaknya, kita mesti menerimanya.
TakdirNya memang yang terbaik
Dan telah menyadarkanku bahwa janjiNya lah yang pasti". - Mardhiyah 1993
Cerita ini hanya fiksi semata.
kok bikin baper sih hihihi..
BalasHapusjodohku dimana ya..cape lah jalani hubungan sama org yg gak jelas. biar lebih jelas ajak aja nikah. hehehe
baper asli
Waduh mba, jangan baper-baper nanti jatuh cinta.. #eeeeh :D
HapusIyaa mba bener, mendingan langsung nikah aja. hehe..
Makasi mba udah baca :)