Carut Marut Kehidupan
Selasa, 12 Maret 2019
3 Comments
Perihal jodoh selalu saja membuat diri merasa tertodong. Tertodong? Ia lantaran kerap kali pertanyaan yang siapa pun tidak tahu jawabannya dilontarkan kepada diri ini. "Jadi kapan nikah?" "Udah ada calonnya belum?" "Udah tua lho, jangan milih-milih" "Masih mau nyantai, udah umur berapa ini, masa belum mau nikah". STOP!
Hay kamu yang sedang menyandang status singlelillah, percayalah kelak Allah akan mendatangkan penyempurna agamamu. Jika tidak di dunia ini, maka kelak di akhirat.
Sebenarnya perihal jodoh, layaknya misteri. Misteri hidup yang siapa pun tidak mengetahuinya kecuali Allah! Lantas jika ada yang menanyakan perihal-perihal misteri, jawab saja dengan slowmotion *musically kali ah*. Ya, jawab saja dengan gamblang atau pun slow, bahwa itu di luar sepengetahuan kita.
Menyebalkan memang jika diberi pertanyaan yang kita pun tidak tahu jawabannya. Tapi seperti itulah hidup. Kita tidak hanya dihadapkan dengan hal-hal yang sesuai hati, namun juga sebaliknya. Kita dihadapkan dengan hal-hal yang bertentangan dengan hati. Satu yang akan selalu saya ingat adalah "Tidak apa orang berkata ini itu tentang diri, yang tahu diri ini sepenuhnya adalah Allah. Jangan sampai mulut mereka menghentikan langkah diri untuk terus memperbaiki diri. Apalagi sampai menghentikan langkah untuk maju ke depan. Jangan sampai!".
Terkadang, kita lupa untuk menjadi manusia yang memanusiakan manusia. Contoh kecilnya saja, ketika artis yang ada di televisi melakukan penyimpangan sosial. Kita lantas merasa berhak untuk mencaci makinya, kita merasa menjadi diri yang lebih baik dari dia yang melakukan penyimpangan sosial. Bukankah semuanya yang menilai adalah Allah SWT?
Dengan kita menjelekkannya, apakah menjadikan diri kita menjadi pribadi yang lebih baik? Tentu tidak! Beda hal, jika kita mengingatkan diri dan yang lainnya dengan adanya berita mengenai penyimpangan sosial itu. Kita mengingatkan diri dengan kata-kata yang sepantasnya. Jika itu salah, kita memang berhak menyatakan bahwa itu salah. Tapi, dengan tidak larut dalam mengucilkannya. Tak ada yang tahu keimanan seseorang, bisa saja keesokan harinya ia bertaubat. Atau mungkin ia ada niatan untuk bertaubat, namun karena terus menerus mendapatkan hujatan dan cacian membuat dirinya enggan untuk bertaubat.
Jangan sampai mulut kita menjadikan seseorang menghentikan langkahnya dalam memperbaiki diri.
Perihal khilafnya seseorang dalam berbuat kesalahan, biarlah menjadi pengingat kita semua. Pengingat diri bahwa khilaf bisa terjadi kapan saja, oleh sebab itu kita perlu menguatkan iman. Dengan cara terus mendekatkan diri kepada Allah dan berusaha istiqomah di jalanNya.
Yang paling menyebalkan adalah ketika ada seseorang yang mengajak lainnya untuk membenci seseorang. Entah itu dengan menjelekkannya atau pun dengan menyebar fitnah yang kejam. Sungguh orang seperti ini sulit untuk diberi maaf. Tapi ya namanya juga manusia, terkadang khilafnya memang keterlaluan. Begitu pun dengan saya. Jadi, jika saya kerap kali berbuat salah maka ingatkan saya, bukan malah berbalik ke belakang lalu menceritakannya kepada orang lain.
Menyebalkan gak sih? Bermasalahnya dengan kita, tapi menceritakannya kepada orang lain. Bukankah kalau masalah di antara dua orang baiknya adalah selesaikan dengan orang yang bersangkutan, atau kalau pun memungkinkan boleh ajak orang ketiga dengan catatan sebagai penasehat seperti orang yang dihormati layaknya guru mengaji atau ustadz dan ustadzah.
Balik lagi ke perihal jodoh, biarlah ia menemukan waktu yang tepat dan di jalan yang semestinya. Jangan tergesa-gesa dalam menetapkan keputusan karena sudah terlanjur berumur apalagi karena yang lain sudah pada menikah. Menikah bukanlah ajang cepat-cepatan, apalagi ajang musim-musiman. Jangan terlanjur ngebet karena melihat jejeran janur kuning di sepanjang jalan!
Sudahlah~ Sembari menunggu jodoh, ada baiknya kita pantaskan diri. bukankah, jodoh adalah cerminan diri dan pelengkap diri?!
Yang paling menyebalkan adalah ketika ada seseorang yang mengajak lainnya untuk membenci seseorang. Entah itu dengan menjelekkannya atau pun dengan menyebar fitnah yang kejam. Sungguh orang seperti ini sulit untuk diberi maaf. Tapi ya namanya juga manusia, terkadang khilafnya memang keterlaluan. Begitu pun dengan saya. Jadi, jika saya kerap kali berbuat salah maka ingatkan saya, bukan malah berbalik ke belakang lalu menceritakannya kepada orang lain.
Menyebalkan gak sih? Bermasalahnya dengan kita, tapi menceritakannya kepada orang lain. Bukankah kalau masalah di antara dua orang baiknya adalah selesaikan dengan orang yang bersangkutan, atau kalau pun memungkinkan boleh ajak orang ketiga dengan catatan sebagai penasehat seperti orang yang dihormati layaknya guru mengaji atau ustadz dan ustadzah.
Balik lagi ke perihal jodoh, biarlah ia menemukan waktu yang tepat dan di jalan yang semestinya. Jangan tergesa-gesa dalam menetapkan keputusan karena sudah terlanjur berumur apalagi karena yang lain sudah pada menikah. Menikah bukanlah ajang cepat-cepatan, apalagi ajang musim-musiman. Jangan terlanjur ngebet karena melihat jejeran janur kuning di sepanjang jalan!
Sudahlah~ Sembari menunggu jodoh, ada baiknya kita pantaskan diri. bukankah, jodoh adalah cerminan diri dan pelengkap diri?!
Sama, neng Rin juga kesel kalo ditanya, "Rin, pacarmu yang mana?" Kalo pulang kampung, seakan Rin tuh musti punya pacar dan ditunjukin gitu, kan kesel. Kalo sekarang ditanyainnya, "muka pacar yang mana Rin?" Kan belum tentu jadi, jadi ga aku tunjukin :)
BalasHapusBacanyaa kok serasa pas sama diri sendiri yaa mbaak, pertanyaan mengenai jodoh rasanya terlalu sering didengar sampe bosan jawabnya wkwkw semogaaa dipertemukan dengan jodoh di waktu terbaikk. Aamiin 😁 makasih sharingnyaa mbak 😊
BalasHapusTerkadang ketika kita memperbaiki, malah di pertemukan. Jadi, jangan sekedar selow menanti, perbaiki diri juga, lalu pilih yang pasti. Terkadang jodoh datang, tapi kita gak milih aja.
BalasHapus*salam sotoy. Hihi.