Perawatan diri dan Pencegahan Disabilitas pada Kusta
Minggu, 01 Mei 2022
Add Comment
Perawatan diri dan Pencegahan Disabilitas pada Kusta - Halo Readers, pada artikel kali ini yuk kita kenali kusta. Apa itu kusta, bagaimana ciri-cirinya, cara mengobatinya, dan bagaimana perjalanan dinamika di lapangan dalam upaya edukasi perawatan diri dan pencegahan disabilitas pada kusta.
Mengikuti live streaming yang diadakan oleh KBR dan NLR Indonesia pada Kamis, 28 April 2022 dengan tema Dinamika Perawatan diri dan Pencegahan Disabilitas pada Kusta di Lapangan dengan pembicara dr. M Riby Machmoed MPH Technical Advisor Program Leprosy Control, NLR Indonesia dan Sierli Natar,S.Kep - Wasor TB/Kusta, Dinas Kesehatan Kota Makassar, membuka pikiran saya seputar kusta dan pastinya menggugah semangat untuk menyebarkan informasi yang telah diterima melalui blog ini.
Readers, NLR Indonesia merupakan organisasi non-pemerintah untuk pemberantasan kusta dengan menggunakan pendekatan tiga zero, yaitu zero transmission (nihil penularan), zero disability (nihil disabilitas) dan zero exclusion (nihil eksklusi).
Apa itu Kusta
Kusta atau lepra adalah sebuah
penyakit kulit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae, dapat
menyebabkan masalah serius seperti munculnya luka borok atau kecacatan.
Nah Readers, ciri-ciri penyakit kusta harus diketahui agar bisa diobati
sedini mungkin.
Ciri-ciri awal seseorang terkena penyakit kusta yakni dengan munculnya bercak pada kulit. Bercak ini dapat muncul dalam bentuk dan warna yang berbeda, tergantung jenis kustanya. Ada dua jenis, yakni pausi basiler (PB) dengan ciri bercak berwarna putih dan multi basiler (MB) dengan ciri bercak yang muncul berwarna kemerahan dan disertai penebalan pada kulit.
Dokter Riby memaparkan bahwa untuk mencegah disabilitas akibat kusta, yakni begitu tahu bahwa ada bercak putih atau merah yang tidak gatal atau sakit, langsung periksakan ke tenaga kesehatan agar segera diobati. Yang paling penting adalah pencegahan terhadap kecacatan, karena pada awal kemungkinan tidak timbul cacat.
Lebih lanjut Dokter Riby juga bilang bahwa penyakit kusta adalah penyakit menular yang sangat tidak mudah menular. Menularnya lewat udara dan kontak erat minimal 20 jam dalam satu minggu berturut-turut (dengan pasien yang belum berobat). Jadi kalau sekadar berpapasan atau duduk bersebelahan sebentar ya tidak menular, apalagi kalau pasien sudah berobat. Jadi aman!
Untuk pasien kusta yang sudah berobat, orang-orang yang kontak erat atau orang yang serumah dengan pasien juga diberikan obat agar tidak tertular.
Cara Penanganan Kusta
Penyakit kusta merupakan penyakit yang bisa disembuhkan. Dokter Riby memaparkan cara penanganan kusta yakni dengan 3 cara, pertama dengan cara harus selalu diperiksa, bahkan setelah pengobatan pun mesti rutin mengecek minimal 3 bulan sekali. Karena kemungkinan kusta nya bisa kambuh lagi. Lalu kalau ada kelainan dirawat, dan terakhir dilindungi.
Dokter Riby juga menyampaikan kalau bisa melakukan perawatan mandiri. Seperti kalau ada luka bisa ditutup pakai kain perca. Nah Readers, Perawatan mandiri ini juga tergantung dari lokasi dan tingkatan sakit kustanya.
Dinamika Perawatan diri dan Pencegahan Disabilitas pada Kusta di Lapangan
Readers, Ibu Sierli mengatakan bahwa stigma kusta di masyarakat masih sangat kuat. Hingga saat ini pasien kusta dan penyandang disabilitas karena kusta, masih menghadapi berbagai kesulitan. Salah satu kesulitan yang dihadapi adalah terkait akses terhadap layanan kesehatan yang layak dan minimnya informasi tentang tata cara perawatan dan penanganan pasien kusta.
Tidak semua unit layanan kesehatan memahami informasi tentang kusta dan masih tingginya stigma terhadap kusta di kalangan tenaga kesehatan itu sendiri, sehingga orang dengan kusta tidak mendapatkan layanan yang optimal dan enggan berobat. Hal ini tentu akan memperparah kondisinya, karena selain berisiko menyebabkan disabilitas, orang dengan kusta yang tidak diobati akan dapat menularkan bakteri kusta kepada lingkungan sekitarnya.
Ibu Sierli juga sharing, bahwa tantangan yang dihadapi dalam menangani pasien adalah pasien tidak mau menerima sehingga motivasi sangat diperlukan dalam hal ini.
Ibu Sierli berharap dengan semakin gencarnya edukasi tentang kusta menjadikan pasien mau melihat dan merawat mandiri, serta keluarga mau mendukung karena tanpa dukungan keluarga, pasien akan merasa terkucilkan.
Dan yang pastinya adalah diperlukan kerja sama semua pihak, baik itu dari tenaga kesehatan, keluarga, dan juga masyarakat. Hingga kita bebas dari kusta.
0 Response to "Perawatan diri dan Pencegahan Disabilitas pada Kusta"
Posting Komentar